Tuesday, August 4, 2015

Help Me!

PART 6


“Assalamu’alaikum, bu, ibu.” Gadis kecil itu kini telah sampai dirumahnya. Ia istirahatkan sejenak badannya di atas meja bambu yang terdapat di depan tumahnya. Sambil beristirahat ia lepaskan sepatu dan kaos kakinya. Sepatu itu merupakan sepatu kesayangan yang diberikan oleh mendiang ayahnya. Walaupun usang, ia tetap memakai sepatu itu. Ia ingat waktu itu hari ulang tahunnya. Ayahnya memberikan sepatu dan tas kepadanya. Hari itu merupakan hariyang tak pernah ia lupakan.
“Caca, ca.”
“Iya yah.”
“kesini sebentar, ayah punya sesuatu buat kamu.”
“Iya yah, tunggu sebentar ya.” Tak lama kemudian ia menghampiri ayahnya.
“Ada apa yah?”
“Ehm . . . tadaaa . . .”
“Wah apa nih ya.”
“Ayo buka.” Ia langsung membuka kotak besar yang dibungkus oleh kertas koran.
“Waaaahhhh . . . makasih ya pa.”
“Iya, selamat ulang tahun ya.”
“Iya yah, makasih ya  yah.” Gadis kecil itu langsung memeluk ayahnya.
Tak terasa air mata menetes di pipi gadis kecil itu. Hari itu menjadi memori terindah dalam hidupnya sekaligus menjadi momen menyedihkan karena, selang beberapa hari setelah ulang tahunnya, sang ayah di panggil oleh sang pencipta. Kejadian tersebut menjadi pukulan tersendiri baginya. Ketika ia sedang memikirkan masa lalunya, tiba – tiba datang seorang nenek tua yang menghampirinya. Nenek itu berpakaian kumuh dengan kepala yang ditutupi kerudung dan membawa tas yang dibuat dari kain yang biasa digunakan untuk menggendong bayi, tak lupa tongkat ditangan kanannya sebagai pembatunya dalam melangkah.
“Cu, kamu kenapa?” Sontak gadis kecil itu kaget. Ia langsung meluk tasnya seolah ingin melindungi diri.
“Tenang, nenek enggak bakal nyakitin kamu. Kamu kenapa kok nangis?” Caca masih merasa takut, ia hanya diam sambil melihat kearah nenek itu. Matanya yang berkaca – kaca itu masih mengeluarkan tetesan air mata yang membasahi pipinya, tergambar ketakutan di wajahnya.
“Ya sudah kalau gitu, ini buat kamu.” Nenek itu mengeluarkan boneka dari dalam tas kain itu dan memberikan kepada Caca. Boneka itu merupakan boneka bayi dengan rambut pirang dan mata biru yang indah, walaupun sedikit kotor pada pakaian yang bergaya lolita.
“Semoga kamu tidak sedih lagi ya.” Nenek itu langsung melangkah meninggalkan Caca. Sebelum nenek itu melangkah semakin jauh, Caca menghampiri nenek itu dan memberikan roti yang berada didalam tasnya.
“Ini untuk nenek, makasih ya nek.” Nenek itu membalas dengan senyuman dan mengelus kepala Caca. Tak lama kemudian nenek itu pergi meninggalkan Caca. Caca kembali ke depan rumahnya dan duduk sambil memainkan boneka itu. Tak lama kemudian ibunya Caca datang dengan membawa beberapa kantong yang berisi sayur – sayuran, ia langsung menghampiri anaknya.
“Ca, kamu udah pulang?”
“Udah bu, tadi pulang cepet, soalnya gurunya ada rapat.”
“Oh ya udah.” Bu Minah langsung mengambil kunci yang ada dikantongnya dan membuka pintu semetara itu, Caca masih asik memainkan bonekanya. Ia asik berbincang – bincang dengan boneka itu, seolah – olah boneka itu dapat berbicara. Setelah selesai membuka pintu bu Minah langsung memasukkan barang belanjaannya kedapur sementara itu Caca masih asik memainkan bonekanya. Bu Minah kembali kedepan dan memanggil Caca untuk membantunya memasak di dapur.
“Ca, bantuin ibu yuk.”
“Oh iya bu, bantuin apa?”
“Bantuin ibu masak, kamu ganti baju dulu ya. Ngomong – ngomong itu boneka dari mana?”
“Oh ini, tadi ada yang kasih sama aku bu.”
“Oh, coba ibu lihat.” Caca pun memberikan baju itu dan melihatnya.
“Wah bagus juga, nanti bajunya kita cuci ya, terus kita bikin yang baru.”
“Yang bener bu, wah, makasih ya bu.”
“Iya, ya udah kamu ganti baju dulu, abis itu bantuin ibu ya.”
“Siap bu.”

No comments:

Post a Comment