Tuesday, August 4, 2015

Help Me!

PART 1


Ini adalah hari pertama Shasi masuk kereja. Sebelum resmi diangkat menjadi karyawan tetap, salah satu tradisi dipusat perbelanjaan ini yaitu karyawannya wajib mengikuti masa training. Disini, para karyawan dan karyawati baru akan dilihat kinereja mereka selama seminggu. Baik atau tidaknya kerja mereka, merekalah yang menentukkan. 
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB dan para karyawan/karyawati baru seperti Shasi diwajibkan untuk datang ketempat lebih awal setengah jam dari jam masuk yaitu 07.00 WIB. Setelah mempersiapkan berbagai macam peralatan yang dibutuhkan, Shasi pun berangkat.
“Ma, aku berangkat ya.”
“Kamu enggak sarapan dulu nak?”
“Enggak usah ma, nanti telat.”
“Ya sudah kalau begitu, bawa roti ini nanti, kalau sudah sampai tempat kerjaan kamu, kamu makan ya, nanti sakit lagi.”
“Ya udah ma, aku berangkat ya, assalamu’alaikum.” Pamit Shasi sambil mencium tangan ibunya. Shasi tinggal bersama ibu dan adiknya. Semenjak ditinggal oleh sang ayah, mau tidak mau Shasi menjadi tulang punggung keluarga. Sejak tamat dari SMA, ia tidak sempat menikmati bangku kuliah seperti temannya dikarnakan harus mencari nafkah. Walaupun hanya sebagai pegawai sebuah pusat perbelanjaan, ia tetap bersemangat dalam menjalaninya. Shasi mempunyai prinsip, “apapun yang anda lakukan saat ini, lakukanlah dengan keseriusan dan ketekunan. Agar, mendapatkan hasil yang maksimal.” Shasi langsung melangkahkan kakinya berjalan keluar dari rumah. Dengan mengucap basmalah ia mantapkan tekatnya menjalani hari ini.
Mentari masih malu menampakkan cahayanya, terlihat dari campuran warna kuning, merah, dan abu-abu masih mendominasi warna awan. Bak hamparan kanfas yang sudah dilukis oleh sang pelukis Maha kuasa. Kaki itu tetap berjalan menyusuri rumah-rumah warga. Kondisi lingkungan sekitar terasa hening, hanya beberapa lampu teras menyala yang menemani kaki ini melangkah. Terdengar suara air mengalir dan sikatan baju dari beberapa rumah mungkin, sebagian orang sudah siap melakukan aktivitas mereka masing-masing. Atau, hanya bawahan yang mulai menitihkan keringat demi menjalankan tugas.
Disana, diujung jalan, ada sebuah rumah yang mengundang perhatian Shasi. Rumah kuno bergaya klasik yang sudah tidak terlalu terawat. Hal itu bisa dilihat dari dinding luar rumah yang retak sehingga menyebabkan air meresap melalui celah-celah retakan itu. Selain itu, lantai teras rumah juga kotor akibat tumpukan debu dan kotoran burung yang menempati celah atap rumah. Shasi memperhatikan dan melihat kondisi rumah itu. Terlihat beberapa kerusakan dan beberapa renofasi di lantai dan tembok. Sepertinya masih orang yang merawat rumah ini. Tapi, sejak dari kecil ia tidak pernah tau siapa pemilik rumah itu.
“Kresk . . . kresk . . .” tiba-tiba semak didepan teras bergerak. Sontak Shasi terkaget dan rasa penasaran menguasai Shasi. Shasi pun mendekatkan dirinya lagi kerumah itu dan melihat apa yang menyebabkan semak itu bergerak. Pelan tapi pasti kaki itu melangkah semakin mendekat menuju teras rumah. Rasa takut dan cemas kini mulai menyelimuti Shasi. Semakin dekat ia ke teras rumah, rasa takut itu semakin mencekik Shasi. Semakin dekat, semangkin dekat, tiba-tiba . . .
“Aaaaaa . . .” Shasi kaget, sesuatu meloncat dari semak itu sehingga ia jatuh terduduk ditanah. “Aduh, tadi itu apa sih? Bikin kaget aja” Shasi melihat ke arah sekelilingnya tetapi tidak ada apa-apa. Dia pun langsung bergegas berdiri, merapikan baju dan mengambil tas yang tergeletak ditanah. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 06.15, 15 menit lagi ia harus sampai ke tempat kerja. Tampa pikir panjang lagi ia langsung bergegas pergi untungnya, jarak tempat kerja Shasi dengan rumahnya tidak terlalu jauh. Dengan menaiki 1 kali angkutan umum ia bisa langsung sampai tepat di depan tempat kerjanya.

No comments:

Post a Comment