PART 1
Ini
adalah hari pertama Shasi masuk kereja. Sebelum resmi diangkat menjadi karyawan
tetap, salah satu tradisi dipusat perbelanjaan ini yaitu karyawannya wajib
mengikuti masa training. Disini, para karyawan dan karyawati baru akan dilihat
kinereja mereka selama seminggu. Baik atau tidaknya kerja mereka, merekalah
yang menentukkan.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB dan para karyawan/karyawati baru seperti
Shasi diwajibkan untuk datang ketempat lebih awal setengah jam dari jam masuk
yaitu 07.00 WIB. Setelah mempersiapkan berbagai macam peralatan yang dibutuhkan,
Shasi pun berangkat.
“Ma,
aku berangkat ya.”
“Kamu
enggak sarapan dulu nak?”
“Enggak
usah ma, nanti telat.”
“Ya
sudah kalau begitu, bawa roti ini nanti, kalau sudah sampai tempat kerjaan
kamu, kamu makan ya, nanti sakit lagi.”
“Ya
udah ma, aku berangkat ya, assalamu’alaikum.” Pamit Shasi sambil mencium tangan
ibunya. Shasi tinggal bersama ibu dan adiknya. Semenjak ditinggal oleh sang
ayah, mau tidak mau Shasi menjadi tulang punggung keluarga. Sejak tamat dari
SMA, ia tidak sempat menikmati bangku kuliah seperti temannya dikarnakan harus
mencari nafkah. Walaupun hanya sebagai pegawai sebuah pusat perbelanjaan, ia
tetap bersemangat dalam menjalaninya. Shasi mempunyai prinsip, “apapun yang
anda lakukan saat ini, lakukanlah dengan keseriusan dan ketekunan. Agar,
mendapatkan hasil yang maksimal.” Shasi langsung melangkahkan kakinya berjalan
keluar dari rumah. Dengan mengucap basmalah ia mantapkan tekatnya menjalani
hari ini.
Mentari
masih malu menampakkan cahayanya, terlihat dari campuran warna kuning, merah,
dan abu-abu masih mendominasi warna awan. Bak hamparan kanfas yang sudah dilukis
oleh sang pelukis Maha kuasa. Kaki itu tetap berjalan menyusuri rumah-rumah
warga. Kondisi lingkungan sekitar terasa hening, hanya beberapa lampu teras
menyala yang menemani kaki ini melangkah. Terdengar suara air mengalir dan
sikatan baju dari beberapa rumah mungkin, sebagian orang sudah siap melakukan
aktivitas mereka masing-masing. Atau, hanya bawahan yang mulai menitihkan
keringat demi menjalankan tugas.
Disana,
diujung jalan, ada sebuah rumah yang mengundang perhatian Shasi. Rumah kuno
bergaya klasik yang sudah tidak terlalu terawat. Hal itu bisa dilihat dari
dinding luar rumah yang retak sehingga menyebabkan air meresap melalui
celah-celah retakan itu. Selain itu, lantai teras rumah juga kotor akibat
tumpukan debu dan kotoran burung yang menempati celah atap rumah. Shasi
memperhatikan dan melihat kondisi rumah itu. Terlihat beberapa kerusakan dan
beberapa renofasi di lantai dan tembok. Sepertinya masih orang yang merawat
rumah ini. Tapi, sejak dari kecil ia tidak pernah tau siapa pemilik rumah itu.
“Kresk
. . . kresk . . .” tiba-tiba semak didepan teras bergerak. Sontak Shasi
terkaget dan rasa penasaran menguasai Shasi. Shasi pun mendekatkan dirinya lagi
kerumah itu dan melihat apa yang menyebabkan semak itu bergerak. Pelan tapi
pasti kaki itu melangkah semakin mendekat menuju teras rumah. Rasa takut dan
cemas kini mulai menyelimuti Shasi. Semakin dekat ia ke teras rumah, rasa takut
itu semakin mencekik Shasi. Semakin dekat, semangkin dekat, tiba-tiba . . .
“Aaaaaa . . .” Shasi kaget, sesuatu meloncat dari semak itu sehingga ia
jatuh terduduk ditanah. “Aduh, tadi itu apa sih? Bikin kaget aja” Shasi melihat
ke arah sekelilingnya tetapi tidak ada apa-apa. Dia pun langsung bergegas
berdiri, merapikan baju dan mengambil tas yang tergeletak ditanah. Tak terasa
waktu sudah menunjukkan pukul 06.15, 15 menit lagi ia harus sampai ke tempat
kerja. Tampa pikir panjang lagi ia langsung bergegas pergi untungnya, jarak
tempat kerja Shasi dengan rumahnya tidak terlalu jauh. Dengan menaiki 1 kali
angkutan umum ia bisa langsung sampai tepat di depan tempat kerjanya.
No comments:
Post a Comment