Tuesday, August 4, 2015

Help Me!

PART 7


Hilir mudik para pengunjung masih mewarnai pusat perbelannjaan ini. Tentunya mereka memiliki tujuan mereka masing – masing. Ada yang bertujuan untuk berebelanja, jalan – jalan dengan keluarga, atau sekedar memadu kasih sambil menonton film di bioskop. Dari kejauhan, terlihat satu keluarga yang mengundang perhatiannya. Canda tawa mereka mengingatkannya dengan memori indah dulu.
Karnafal itu, adalah tempat dimana semua memori bermula. Kerlap – kerlipnya lampu hias yang mengelilingi jalanan dan wahana bermain, suara musik dan beberapa aktraksi yang memukau, serta para pedangang kaki lima yang menghiasi kanan kiri jalan. Tampak wajah para pengunjung yang sangat gembira melihat berbagai aktraksi dan tawa anak – anak ketika menaiki wahana. Gadis itu menarik tangan ayahnya mengisaratkan mengajak untuk menaiki salah satu wahana itu. Mereka pun langsung menuju salah satu wahana itu, dan wahana yang mereka pilih adalah bianglala. Sebelum menaiki mereka membeli tiket lalu mengantri untuk menaiki wahana. Karnafal ini menjadi hiburan tersendiri bagi para masyarakat menengah kebawah yang tidak bisa menikmati wahana yang dihadirkan di taman bermain di kota – kota bahkan, tak jarang kalangan atas datang juga menikmati karnaval ini. Tak terasa antrian semakin sedikit seiring dengan berputarnya wahana ini untuk menjemput penumpang selanjutnya. Mereka pun akhirnya menaiki wahana ini. Bianglala ini memiliki tinggi yang cukup untuk melihat pemandangan karnafal ini. Dari atas karnafal ini terlihat seperti lautan cahaya yang berkelip – kelip. Dua putaran telah mereka nikmati dan saatnya mereka untuk keluar, Shasi merasa haus dan ia meminta izin untuk membeli minuman yang berada tak jauh dari wahani ini. Gadis itu langsung menuju kedai minuman sedangkan ayah, ibu dan Caca menunggu di depan wahana lain karena Caca ingin mencoba wahana selanjutnya. Sesampainya di kedai minuman ia memesan sebotol air mineral, ia nemoleh keseliling karnafal ini dengan penasaran wahana manakah yang akan ia naiki selanjutnya.
Tetapi, ada sesuatu yang mengundang perhatiannya. Ditengah kerumunan para pengunjung ada seorang gadis kecil yang berdiri sendiri di depan wahana komedi putar. Gadis itu berdiri sambil memegang sebuah boneka dan melihat kearah wahana itu. Wajah anak itu terlihat sangat sedih seperti ia memikirkan sesuatu. Air mineral itu telah ditangan Shasi, karena penasaran ia langsung menuju gadis itu. Langkah kecilnya menyusuri padatnya pengunjung, dan gadis itu semakin susah untuk dilihat karena tertutup oleh beberapa pengunjung. Dari kejauhan terdengar suara klakson motor, menandakan para pengunjung memberikan jalan untuk ia lewat. Shasi masih berjalan menuju gadis itu, tetapi ketika ia beberapa langkah lagi mendekati gadis itu, tiba – tiba . . .
“Awas . . .” teriakan Shasi memecah keramaian itu, dari kejauhan ayahnya mendengar suara Shasi yang teriak. Karena khawatir ia langsung menuju ketempat Shasi berada. Lelaki itu telah sampai dan berdiri tepat di beberapa meter dari gadis yang memegang boneka itu. Setelah berhasil keluar dari kerumunan Shasi melihat ayahnya berdiri di sebrang tepat bebrapa meter dari gadis itu. Shasi pun berteriak.
“Ayah, tolong selamatkan gadis itu.” Ayahnya pun langsung berlari menuju gadis itu, tetapi apa boleh buat, kecepatan motor itu berbanding terbalik dengan lelaki itu. Alhasil, gadis itu tertabrak dengan kondisi tangan yang terlindas oleh motor dan boneka itu terpental entah kemana. Sontak Shasi teriak, dan diam terpaku dengan cipratan darah di pipinya. Lelaki itu langsung terdiam beberapa saat, badannya terasa lemas tetapi ia mencoba melawan. Ia langsung menggendong gadis kecil itu dan membawanya kerumah sakit terdekat. Ibu dan caca langsung menghampiri Shasi yang masih syok atas kejadian tadi.
“Shasi, ya Allah kamu enggak kenapa – napa kan sayang.” Ibunya langsung memeluk dan menghapus percikan darah di pipinya. Mereka bertiga langsung menuju ayahnya dari belakang sementara si pelaku sedang ditawan oleh beberapa warga yang mencoba untuk keghakiminya. Mereka bertiga berlari kecil menyusul lelaki itu yang sedang menggendong gadis kecil. Tangan gadis itu tekulai bersimbah darah dengan kondisi hampir putus. Pakaian lelaki itu penuh dengan darah namun ia tetap berlari menuju jalan dan mencari angkutan umum untuk membawanya ke rumahsakit. Akhirnya lelaki itu sampai di jalan raya, ia menengok ke kanan dan kiri untuk mencari angkutan umum. Untungnya, tepat di sebrang jalan ada satu mobil yang berhenti, ketika ia hendak berjalan menuju sebrang tiba – tiba anak kecil itu berbicara.
“Tolong. Sa, sakit.” Suara anak kecil itu terdengar rintih dan menahan sakit, air mata anak itu tiba- tiba menetes dari matanya. Lelaki itu semakin tidak tega melihat kondisi anak itu, tanpa fikir panjang lagi lelaki itu berlari menyebrangi jalan. Sayangnya dari arah kiri, ada mobil truck yang melaju dengan kecepatan yang cukup cepat. Mobil itu menabrak lelaki beserta anak kecil yang sedang ia gendong. Sementara itu istrinya menjerit dari sebrang.
“Ayaaahh . . .” Sang istripun terkulai lemas. Sementara itu, Shasi harus mengalami syok untuk kedua kalinya. Lelaki itu tergeletak di jalan dengan kondisi bandan remuk tergiling ban truck sementara anak yang ia gendong mengalami hal yang sama bahkan lebih parah, hampir seluruh tubuhnya hancur. Darah mereka tercecer sepanjang jalan. Warga yang berada disekitar langsung bekumpul dan menolong, beberapa warga langsung menutup jalan dan ada yang menelfon polisi dan ambulance.
Tak selang berapa lama, ambulance dan polisi sampai di TKP. Mereka langsung melakukan tugas mereka masing – masing, dan korban langsung diangkat menuju ambulan. Istri dan anak beliau ikut serta masuk kedalam ambulance. Di dalam ambulance bu Minah dan anaknya yang kecil Caca menangis melihat kondisi ayahnya. Sementara itu Shasi masih mengalami syok akibat kejadian itu, ia hanya duduk diam dengan kepala yang tertunduk, air matanya menetes dan ia memegang kepalanya dengan kedua tangan dengan ekspresi ketakutan. Salah satu petuga di ambulance merasa khawatir dengan kondisi Shasi, maka ia langsung duduk disamping Shasi dan memeluknya. Ia paham jika kondisi ini dibiarkan akan mengganggu kondisi anak tersebut. Mata Shasi masih saja terbelalak dan ekspresi ketakutan itu masih belum bisa dihilangkan.

No comments:

Post a Comment