PART 7
Hilir
mudik para pengunjung masih mewarnai pusat perbelannjaan ini. Tentunya mereka
memiliki tujuan mereka masing – masing. Ada yang bertujuan untuk berebelanja,
jalan – jalan dengan keluarga, atau sekedar memadu kasih sambil menonton film
di bioskop. Dari kejauhan, terlihat satu keluarga yang mengundang perhatiannya.
Canda tawa mereka mengingatkannya dengan memori indah dulu.
Karnafal
itu, adalah tempat dimana semua memori bermula. Kerlap – kerlipnya lampu hias
yang mengelilingi jalanan dan wahana bermain, suara musik dan beberapa aktraksi
yang memukau, serta para pedangang kaki lima yang menghiasi kanan kiri jalan.
Tampak wajah para pengunjung yang sangat gembira melihat berbagai aktraksi dan
tawa anak – anak ketika menaiki wahana. Gadis itu menarik tangan ayahnya
mengisaratkan mengajak untuk menaiki salah satu wahana itu. Mereka pun langsung
menuju salah satu wahana itu, dan wahana yang mereka pilih adalah bianglala. Sebelum
menaiki mereka membeli tiket lalu mengantri untuk menaiki wahana. Karnafal ini
menjadi hiburan tersendiri bagi para masyarakat menengah kebawah yang tidak
bisa menikmati wahana yang dihadirkan di taman bermain di kota – kota bahkan,
tak jarang kalangan atas datang juga menikmati karnaval ini. Tak terasa antrian
semakin sedikit seiring dengan berputarnya wahana ini untuk menjemput penumpang
selanjutnya. Mereka pun akhirnya menaiki wahana ini. Bianglala ini memiliki
tinggi yang cukup untuk melihat pemandangan karnafal ini. Dari atas karnafal
ini terlihat seperti lautan cahaya yang berkelip – kelip. Dua putaran telah
mereka nikmati dan saatnya mereka untuk keluar, Shasi merasa haus dan ia
meminta izin untuk membeli minuman yang berada tak jauh dari wahani ini. Gadis
itu langsung menuju kedai minuman sedangkan ayah, ibu dan Caca menunggu di
depan wahana lain karena Caca ingin mencoba wahana selanjutnya. Sesampainya di
kedai minuman ia memesan sebotol air mineral, ia nemoleh keseliling karnafal
ini dengan penasaran wahana manakah yang akan ia naiki selanjutnya.
Tetapi,
ada sesuatu yang mengundang perhatiannya. Ditengah kerumunan para pengunjung
ada seorang gadis kecil yang berdiri sendiri di depan wahana komedi putar. Gadis
itu berdiri sambil memegang sebuah boneka dan melihat kearah wahana itu. Wajah
anak itu terlihat sangat sedih seperti ia memikirkan sesuatu. Air mineral itu
telah ditangan Shasi, karena penasaran ia langsung menuju gadis itu. Langkah
kecilnya menyusuri padatnya pengunjung, dan gadis itu semakin susah untuk
dilihat karena tertutup oleh beberapa pengunjung. Dari kejauhan terdengar suara
klakson motor, menandakan para pengunjung memberikan jalan untuk ia lewat.
Shasi masih berjalan menuju gadis itu, tetapi ketika ia beberapa langkah lagi
mendekati gadis itu, tiba – tiba . . .
“Awas
. . .” teriakan Shasi memecah keramaian itu, dari kejauhan ayahnya mendengar
suara Shasi yang teriak. Karena khawatir ia langsung menuju ketempat Shasi
berada. Lelaki itu telah sampai dan berdiri tepat di beberapa meter dari gadis
yang memegang boneka itu. Setelah berhasil keluar dari kerumunan Shasi melihat
ayahnya berdiri di sebrang tepat bebrapa meter dari gadis itu. Shasi pun
berteriak.
“Ayah,
tolong selamatkan gadis itu.” Ayahnya pun langsung berlari menuju gadis itu,
tetapi apa boleh buat, kecepatan motor itu berbanding terbalik dengan lelaki
itu. Alhasil, gadis itu tertabrak dengan kondisi tangan yang terlindas oleh
motor dan boneka itu terpental entah kemana. Sontak Shasi teriak, dan diam
terpaku dengan cipratan darah di pipinya. Lelaki itu langsung terdiam beberapa
saat, badannya terasa lemas tetapi ia mencoba melawan. Ia langsung menggendong
gadis kecil itu dan membawanya kerumah sakit terdekat. Ibu dan caca langsung
menghampiri Shasi yang masih syok atas kejadian tadi.
“Shasi,
ya Allah kamu enggak kenapa – napa kan sayang.” Ibunya langsung memeluk dan
menghapus percikan darah di pipinya. Mereka bertiga langsung menuju ayahnya
dari belakang sementara si pelaku sedang ditawan oleh beberapa warga yang
mencoba untuk keghakiminya. Mereka bertiga berlari kecil menyusul lelaki itu
yang sedang menggendong gadis kecil. Tangan gadis itu tekulai bersimbah darah
dengan kondisi hampir putus. Pakaian lelaki itu penuh dengan darah namun ia
tetap berlari menuju jalan dan mencari angkutan umum untuk membawanya ke
rumahsakit. Akhirnya lelaki itu sampai di jalan raya, ia menengok ke kanan dan
kiri untuk mencari angkutan umum. Untungnya, tepat di sebrang jalan ada satu
mobil yang berhenti, ketika ia hendak berjalan menuju sebrang tiba – tiba anak
kecil itu berbicara.
“Tolong.
Sa, sakit.” Suara anak kecil itu terdengar rintih dan menahan sakit, air mata
anak itu tiba- tiba menetes dari matanya. Lelaki itu semakin tidak tega melihat
kondisi anak itu, tanpa fikir panjang lagi lelaki itu berlari menyebrangi jalan.
Sayangnya dari arah kiri, ada mobil truck
yang melaju dengan kecepatan yang cukup cepat. Mobil itu menabrak lelaki
beserta anak kecil yang sedang ia gendong. Sementara itu istrinya menjerit dari
sebrang.
“Ayaaahh
. . .” Sang istripun terkulai lemas. Sementara itu, Shasi harus mengalami syok
untuk kedua kalinya. Lelaki itu tergeletak di jalan dengan kondisi bandan remuk
tergiling ban truck sementara anak
yang ia gendong mengalami hal yang sama bahkan lebih parah, hampir seluruh
tubuhnya hancur. Darah mereka tercecer sepanjang jalan. Warga yang berada
disekitar langsung bekumpul dan menolong, beberapa warga langsung menutup jalan
dan ada yang menelfon polisi dan ambulance.
Tak selang berapa lama, ambulance dan polisi sampai di TKP. Mereka
langsung melakukan tugas mereka masing – masing, dan korban langsung diangkat
menuju ambulan. Istri dan anak beliau ikut serta masuk kedalam ambulance. Di dalam
ambulance bu Minah dan anaknya yang kecil Caca menangis melihat kondisi
ayahnya. Sementara itu Shasi masih mengalami syok akibat kejadian itu, ia hanya
duduk diam dengan kepala yang tertunduk, air matanya menetes dan ia memegang
kepalanya dengan kedua tangan dengan ekspresi ketakutan. Salah satu petuga di
ambulance merasa khawatir dengan kondisi Shasi, maka ia langsung duduk
disamping Shasi dan memeluknya. Ia paham jika kondisi ini dibiarkan akan
mengganggu kondisi anak tersebut. Mata Shasi masih saja terbelalak dan ekspresi
ketakutan itu masih belum bisa dihilangkan.
No comments:
Post a Comment